Bal-balan di Jenbacher Stadium
Lazimnya setiap jumat sore, aku bermain sepakbola mini (bukan futsal) di Jenbacher Stadion. Dilihat dari namanya, mestinya stadion ini cukup megah. Ato kadang, aku juga bermain di stadion San Pasiro, sebuah stadion yang mengingatkan kita pada kebesaran nama AC dan Inter Milan.
Kalo di Jenbacher Stadion, semuanya serba otomatis. Maksudnya, gawang bisa dilepas pasang secara otomatis. Garis tepi lapangan juga dikira-kira dengan otomatis. Kalo lagi nendang bola pun, juga akan otomatis tidak banter-banter 🙂 .
Sedangkah di San Pasiro, semuanya sudah terpasang secara permanen. Sudah ada gawang, garis tepi, bendera sepak pojok, score board, bahkan juga lampu penerangan untuk malam hari. Tapi, kalo mau maen harus siram-siram dulu coz namanya aja San Pasiro 🙂 Kalo gak pake disiram, bisa-bisa mata kita kelilipen….
Meskipun kedua stadion di atas “ada” kekurangannya, jika dibandingkan dengan stadion utama ITS ataupun juga stadion futsal PLN, jelas masih “bagusan” kedua stadion tersebut. Alasannya sederhana, dilihat dari nama, jelas kerenan nama Jenbacher dan San Pasiro dibanding ITS dan PLN. Apalagi, ITS kan kepanjangane Institut Tengah Sawah dan PLN kepanjangane Padam Lagi Nih…
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan