Jeprat Jepret Hari Ini
Jam tanganku sekarang sudah menunjukkan pukul 12 malam kurang 10 menit, tapi aku masih di depan komputer untuk ngetik kumpulan abstrak seminar nasional FTI. Apa gak ngantuk? ngantuk sih gak, karena tadi jam 10 an sudah tidur bntar, trus liat acara empat mata, dan shalat isya. Tapi yang agak jadi problem, kepala ini agak pening dikit, karena sejak pagi tadi “ngepos” di rektorat untuk nyiapkan proceeding makalah buat seminar FTI. Maklum aku kan termasuk sie makalah dalam kepanitiaan seminar kali ini…
GARAPEN LIEF !!!
Supaya tugas-tugasku dapat terorganisasi dengan baik dan tidak terlalu terlena dengan nge-blog dan nge-net, maka di desktop komputer kampus tak pasang folder GARAPEN LIEF !!! Di folder itu berisi folder-folder lagi yang tak namai dengan tugas yang harus kukerjakan.
Selain itu aku juga punya buku kecil yang kupakai untuk nyatet ide-ide baru, nulis tugas yang harus tak kerjakan, ataupun untuk catatan ketika ikut seminar dan berdiskusi dengan orang lain. Buku itu tak bawa kemana-mana plus sebuah bulpen, karena memang ide itu seringkali keluar tanpa disangka-sangka
Untuk saat ini ternyata cukup banyak juga kerjaan dan ide baru yang harus tak lakukan, baik itu untuk urusan kampus ataupun untuk kesenangan pribadi.
Detik Detik nya Habibie (2), Kudeta Prabowo ?
Benarkah Prabowo Berniat Kudeta ?
Pada tulisan Detik-Detik nya Habibie saya katakan bahwa alasan utama membeli buku itu karena ingin tahu, benarkah Pangkostrad saat itu, Letjen Prabowo berniat melakukan kudeta pada tanggal 22 Mei 1998? Satu hari setelah Soeharto lengser dan digantikan oleh wakil presidennya, Habibie.
Nah pada tulisan ini saya akan sampaikan isi buku Detik-Detik nya Habibie tersebut yang berkaitan dengan isu kudeta itu. Saya mencupliknya disertai beberapa perubahan, utamanya dalam sudut pandang cerita.
Jumat Pagi 22 Mei 1998.
Habibie berencana untuk mengumumkan susunan kabinet reformasi pembangunan di istana merdeka. Pagi itu sekitar pukul 9, Habibie disertai perangkat keamanan presiden, ADC, Sintong Panjaitan, Ahmad Watik Pratiknya, Jimly Asshidiqie, Gunawan Hadisusilo, dan Fuadi Rasyid berangkat dari Kuningan (rumah Habibie) ke istana merdeka. Saat memasuki istana dari pintu gerbang sebelah barat, ada Pangab Wiranto di depan tangga yang telah menunggu dan ingin melaporkan keadaan di lapangan.