Detik Detik nya Habibie (2), Kudeta Prabowo ?
Benarkah Prabowo Berniat Kudeta ?
Pada tulisan Detik-Detik nya Habibie saya katakan bahwa alasan utama membeli buku itu karena ingin tahu, benarkah Pangkostrad saat itu, Letjen Prabowo berniat melakukan kudeta pada tanggal 22 Mei 1998? Satu hari setelah Soeharto lengser dan digantikan oleh wakil presidennya, Habibie.
Nah pada tulisan ini saya akan sampaikan isi buku Detik-Detik nya Habibie tersebut yang berkaitan dengan isu kudeta itu. Saya mencupliknya disertai beberapa perubahan, utamanya dalam sudut pandang cerita.
Jumat Pagi 22 Mei 1998.
Habibie berencana untuk mengumumkan susunan kabinet reformasi pembangunan di istana merdeka. Pagi itu sekitar pukul 9, Habibie disertai perangkat keamanan presiden, ADC, Sintong Panjaitan, Ahmad Watik Pratiknya, Jimly Asshidiqie, Gunawan Hadisusilo, dan Fuadi Rasyid berangkat dari Kuningan (rumah Habibie) ke istana merdeka. Saat memasuki istana dari pintu gerbang sebelah barat, ada Pangab Wiranto di depan tangga yang telah menunggu dan ingin melaporkan keadaan di lapangan.
Habibie pun menerima Wiranto di ruang kerja presiden di Istana Merdeka. Saat itu Wiranto melaporkan bahwa pasukan Kostrad dari luar Jakarta bergerak menuju Jakarta dan ada konsentrasi pasukan di kediaman Habibie di Kuningan, demikian pula Istana Merdeka. Kemudian Jenderal Wiranto mohon petunjuk dari Habibie.
Mendengar laporan tersebut, Habibie berkesimpulan bahwa Pangkostrad bergerak sendiri tanpa sepengetahuan Pangab. Dan itu menimbulkan beberapa pertanyaan dalam diri Habibie: “Apakah ada skenario tersendiri mengenai laporan yang baru saja disampaikan oleh Pangab?” “Apakah tidak sebaiknya dicek dahulu maksud dan tujuan laporan tersebut?”
Tetapi karena kendala waktu tidak menungkinkan untuk mengecek dan karena Habibie percaya kepada Pangab, maka sambil melihat jam tangan Habibie menegaskan kepada Pangab: “Sebelum matahari terbenam, Pangkostrad harus sudah diganti dan kepada penggantinya diperintahkan agar semua pasukan di bawah komando Pangkostrad harus segera kembali ke basis kesatuan masing-masing”. Jenderal Wiranto bertanya: “Sebelum matahari terbenam?” Habibie mengulangi: “Sebelum matahari terbenam!”. Jenderal Wiranto bertanya lagi: “Siapa yang akan mengganti?”. Habibie menjawab ringkas: “Terserah Pangab.”
Jumat Siang 22 Mei 1998
Pangkostrad Letjen Prabowo minta waktu bertemu dengan Habibie untuk mengklarifikasi pencopotan dirinya. Dalam kesempatan itu terjadi dialog antara Habibie dan Prabowo.
Prabowo mengatakan: “Ini suatu penghinaan bagi keluarga saya dan keluarga mertua saya Presiden Soeharto, Anda telah memecat saya sebagai Pangkostrad.”
Habibie menjawab: “Anda tidak dipecat, tetapi jabatan Anda diganti.”
“Mengapa?” tanya Prabowo.
Habibie pun menyampaikan bahwa beliau mendapat laporan dari Pangab bahwa gerakan pasukan Kostrad menuju Jakarta, Kuningan, dan Istana Meredeka.
Prabowo pun mengatakan: “Saya bermaksud untuk mengamankan presiden.”
“Itu adalah tugas Pasukan Pengaman Presiden yang bertanggung jawab langsung pada Pangab dan bukan tugas anda” jawab Habibie.
“Presiden apa anda? anda naif!” jawab Prabowo dengan nada marah.
“Masa bodoh, saya Presiden dan harus membereskan keadaan bangsa dan negara yang sangat memprihatinkan” jawab Habibie.
“Atas nama ayah saya Prof Soemitro Djojohasikusumo dan ayah mertua saya Presiden Soeharto, saya minta anda memberikan saya tiga bulan untuk tetap menguasai pasukan Kostrad” mohon Prabowo.
Habibie menjawab dengan tegas: “Tidak! sampai matahari terbenam anda sudah harus menyerahkan semua pasukan kepada Pangkostrad yang baru!”.
“Berikan saya tiga minggu atau tiga hari saja untuk masih dapat menguasai pasukan saya!” balas Prabowo.
Habibie langsung menjawab: “Tidak! Sebelum matahari terbenam semua pasukan sudah harus diserahkan kepada Pangkostrad baru! Saya bersedia mengangkat Anda menjadi duta besar dimana saja.”
“Yang saya kehendaki adalah pasukan saya” jawab Prabowo.
“Ini tidak mungkin Prabowo!” jawab Habibie.
Kemudian Prabowo meminta berbicara lewat telepon dengan Pangab, namun Pangab tidak dapat dihubungi. Setelah itu pertemuan pun berakhir dan Habibie masih sempat memeluk Prabowo dan menyampaikan salam hormatnya untuk ayah kandung dan ayah mertua Prabowo.
Menurut Sampean?
Demikianlah cuplikan dari buku Detik-Detik nya Habibie yang berkaitan dengan isu kudeta Prabowo. Masih dari buku itu, Habibie mengatakan bahwa beliau percaya dengan iktikad dan niat baik Prabowo untuk melindungi dirinya. Namun karena niat baik itu tidak dikoordinasikan dengan Pangab, maka hal tersebut tidak dapat ditolerir.
Malah jika dibiarkan akan mempengaruhi para komandan lain untuk bertindak sendiri-sendiri dengan alasan apapun tanpa koordinasi. Sikap demikian dapat mengakibatkan kekacauan bahkan perang saudara yang memungkinkan proses “Balkanisasi” Republik Indonesia.
Itu menurut pandangan Habibie, bagaimana kalo menurut pandangan sampean? Apakah memang benar Prabowo berniat melindungi Presiden? Ataukah justru untuk melakukan kudeta?
Mengapa Habibie percaya dengan laporan Wiranto? dan juga percaya dengan niat baik Prabowo? Mungkinkah ini ceritanya Habibie saja? Atau mungkin malah karangan Wiranto? Jawaban dari itu semua, mungkin akan kita temukan dari bukunya Wiranto dan Prabowo. Tapi, siapa yang tahu…
Hehehe… gosip ring 1 selalu enak di ikuti… bahkan di bahas… Tapi entah kenapa… akibatnya selalu nggak enak.
Tapi berdasarkan sumber yang amat bisa dipercaya… beberapa gosip (diatas) adalah benar.
Hehehe, terserah mau percaya atau tidak.
Wis mbulet cak nek omong politik gini-ini, gak ro wis, nunggu yang lain saja lah, tapi kalao ndenger bincang di kick andy itu sepertinya habibie bener…
yang saya ingat habibie presiden paling imut. Kalau ngomong lucu dan menggemaskan.
alief: kalo imut… ok lah, tapi kalo lucu….. kayaknya lebih lucu Gus Dur deh… 🙂
walaupun dia lucu dan menggemaskan, tapi dia pintar/cerdas!
========
http://www.yeah-oops.com
alief: kalimatnya kok ‘tapi dia pintar’. Kalo menurut saya gini kalimatnya: “Beliau itu lucu, menggemaskan, pintar dan juga cerdas”. Sehingga tidak ada kesan kalo orang lucu dan menggemaskan itu identik dengan tidak pintar ataupun tidak cerdas. Gimana?
Orang pinter nggak njamin negara jadi bener, baik
Jadi sing penting itu niat dan hatinya, iya nggak!
alief: plus sifat kepemimpinannya juga ya…
kalau orang pintar nggak jaminan negara jadi bener apalagi kalau org yang nggak pintar
Disini ada cerita
Tentang kita yang mau berbagi cinta
Dengan sesama manusia
Disini ada cerita
Tantang kita yang menderita
Karena cinta pada manusia
Disini ada cerita
http://www.pena-98.com
http://www.adiannapitupulu.blogspot.com
subhanallah,
habibie….
cerdas, pintar, lembut, bersahaja, bersahabat, lembut hatinya, harmonis keluarganya.
semoga Allah senantiasa memberikan ketenangan dalam hatinya dan kesejukan dalam jiwanya.
i love habibie because Allah.
semoga segala kebaikan hatimu juga menjadi contoh yang baik bagi pemuda-pemudi saat ini, sehingga tidak terjerumus kedalam kehidupan yang sia-sia.
thank’s to Alief dah ngijinin aku ngasi koment.
wasalam
Habibi org yg sangat cerdas, sy sangat mengagumi beliau, tp kalo kapasitas sbg presiden, beliau bkn org yg tepat. Tp bgaimanapun, i really adore him..
Saya tidak menduga Habibie dapat bertindak setegas itu.
Beliau diberi predikat Satriyo Jinumput Sumelo Atur oleh Futurolog Jawa abad 17 Ronggo Warsito.
Salut. Salut. Salut.
Penjahat besarnya adlaah Wiranto, bagaimana mungkin seorang Pangab meninggalkan Jakarta dalam keadaan kacau balau. Ada apa?? Prabowo benar-benar berada dalam kondisi serba repot saat itu.
Semoga tidak ada buku pak Wiranto dan Pak Prabowo yang membahas/mebalas buku tersebut., saya berharap kalaupun beliau-beliau menulis buku isinya mengajak kepada seluruh komponen bangsa NKRI untuk bersatu padu., membangun kebersamaan dan kemajuan negeri.
Struktur komando TNI tidak memberi kewenangan pada Pangkostrad untuk menggerakkan pasukan.
Prabowo menggerakkan pasukan tanpa perintah Pangab, itu sudah bisa disebut tindakan makar.
Alasan Prabowo bahwa pasukan tersebut untuk mengamankan presiden juga tidak masuk akal.
Keamanan Presiden adalah tanggung jawab Paspampres, sedangkan keamanan wilayah (Jakarta) adalah tanggung jawab kepolisian dan panglima teritorial setempat (pangdam).
Tindakan Habibie mencopot Pangkostrad “sebelum matahari terbenam” itu sungguh tindakan yang sangat tepat. dan kita mestinya bersyukur bahwa Prabowo tidak diberi kesempatan barang seharipun untuk mengkonsolidasikan pasukannya.