KM Teratai Prima Tenggelam

Ilustrasi kapal tenggelam
Sedih rasanya membaca dan melihat berita tentang kapal motor Teratai Prima yang tenggelam di selat Makassar. Dari 200 penumpang yang ada di kapal, masih 18 orang saja yang sudah ditemukan selamat, sedangkan sisanya belum diketahui. Ini adalah musibah kapal pertama kalinya di tahun 2009, namun sudah menjadi yang kesekian kalinya dalam dunia perhubungan laut Indonesia.
Tentunya kita belum lupa musibah yang terjadi akhir 2006, saat Kapal Senopati Nusantara yang mengangkut ratusan penumpang tenggelam di laut Jawa. Cuaca buruk diduga menjadi penyebab kecelakaan. Ditambah dengan minimnya sekoci penyelamat dan kurang diperhatikannya faktor keselamatan menjadikan ratusan korban tak bisa dihindari.
Tak bisa dipungkiri, sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau, Indonesia tergantung pada kapal untuk menjadi sarana penghubung. Moda transportasi laut juga digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Meskipun butuh waktu, namun harga tiket yang relatif murah menjadikan kapal laut favorit untuk sarana angkutan dari pulau ke pulau.
Namun minimnya sarana dan juga kepedulian terhadap keselamatan seringkali membuat kapal menjadi berbahaya. Demi mencari keuntungan sesaat, awak kapal menerima saja tambahan penumpang meski sudah melebihi daya angkut. Dan demi sampai ke tempat tujuan dengan murah, kadang penumpang pun nekat memaksa, meski nyawa menjadi taruhannya.
Belum lagi cuaca yang selalu tidak menentu di lautan. Gelombang yang tinggi, angin kencang disertai badai. Itu semua membuat bepergian dengan kapal menjadi beresiko, tak kalah beresiko dibandingkan pesawat terbang. Sehingga perhatian akan keselamatan penumpang di kapal, juga harus mendapatkan prioritas, tidak bisa dijadikan tawar-menawar.
Allah swt katakan di dalam Al-Qur’an, surat Ar-Ruum ayat 41:
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”
Jangan selalu berpikir, perbuatan rusak itu yang bentuknya besar-besar seperti menggunduli hutan, pertambangan yang merusak lingkungan, ataupun limbah pabrik yang mencemari lautan. Terkadang perbuatan orang per orang yang mengabaikan aturan, tamak terhadap harta, meringankan amanah yang dipegang, justru merupakan perbuatan rusak yang menjangkiti banyak orang. Tak heran bila Allah swt kemudian mengingatkan kita, supaya kita kembali ke jalan yang benar.
semoga musibah seperti ini tidak terulang lagi 😉
@det: aamiin…
Kesadaran terhadap keselamatan memang perlu lebih ditingkatkan. Tetapi tentu lebih tertuju kepada petugas syahbandar, pemilik kapal dan ABK.
Ya, semoga tidak terulang lagi.amin
Hampir dua bulan gak ada postingan baru. Apa kabar?
Pak Alief..
i goofy law you…
just for fun… iseng doang…
wanna know the rules,
follow this link
http://omikushi.wordpress.com/2009/03/04/goofy-law-number-1-nya-sanupiek/
hummmm….sorry telat comment. sedih juga yach mendengar kejadian kecelakaan yang terus berulang
sedih dan ngeri jg membacax.mudah2n g terulang lg.jd ngeri rasax mo naik kapal laut