Marketing for Turnaround
Saya beli buku ini karena tertarik dengan perkembangan Pos Indonesia. Apalagi penulisnya Pak Hermawan Kartajaya, yang beberapa bukunya pernah aku baca.
Setelah membaca buku tentang bagaimana Kereta Api dan Semen Indonesia mentransformasi perusahaan mereka, saya jadi tertarik untuk tahu transformasi Pos Indonesia. Karena secara nyata kita lihat ada perubahaan di kantor pos – kantor pos, gedungnya lebih kinclong. Pasti ada perubahan pula di dalamnya.
Dirut Pos Indonesia, I Ketut Mardjana punya background keuangan. Persis seperti Ignatius Jonan di Kereta Api. Saya jadi berpikir mungkin orang Keuangan memang jago-jago dalam transformasi, hehe…
Mereka mampu membuat perusahaan untung di tahun pertama mereka bekerja jadi dirut. Padahal tahun-tahun sebelumnya rugi terus. Mereka juga mampu merubah mental karyawannya dari melongo jadi melayani. Meski mereka berdua tidak punya background teknis dari perusahaannya, tapi mereka mampu mentransformasi, muanteb.
Lain cerita tentang Pak Dwi di Semen Indonesia memang. Dia bisa mentransformasi meski bukan orang keuangan. Tapi Semen Indonesia bukan berada di bisnis pelayanan. Kalo Pak Dwi masuk di bisnis pelayanan, mungkin lain ceritanya, hehe…
Sebenarnya alasan saya membaca-baca buku tentang transformasi karena rasa penasaran. Kalo perusahaan-perusahaan pelayanan yang tua, gemuk, lamban seperti Kereta Api dan Pos Indonesia akhirnya bisa bertransformasi, lalu kenapa ITS kok gak bisa-bisa? Apa karena ITS bukan perusahaan bisnis? Tapi kan sama-sama bergerak di pelayanan, yang mana kuncinya ada pada Sumber Daya Manusia.
Oke saya akan baca dulu bukunya sampai tuntas. Sekarang baru dapat separo. Semoga harapan saya dari buku ini mendapat jawabannya.
saya tertarik dengan bukunya nihh gan, dijual gak bukunya ??
Lain cerita tentang Pak Dwi di Semen Indonesia memang. Dia bisa mentransformasi meski bukan orang keuangan. Tapi Semen Indonesia bukan berada di bisnis pelayanan. Kalo Pak Dwi masuk di bisnis pelayanan,
Kalo perusahaan-perusahaan pelayanan yang tua, gemuk, lamban seperti Kereta Api dan Pos Indonesia akhirnya bisa bertransformasi, lalu kenapa ITS kok gak bisa-bisa?