Pemimpin yang Menjadi Diri Sendiri
Dalam banyak teori dan buku kepemimpinan, dikatakan seorang pemimpin itu harus bersikap melayani dan punya visi jauh ke depan. Dua hal itu, melayani dan bervisi, seringkali dijadikan nasehat oleh siapapun ke pemimpin. Dan tidak jarang menjadi tolak ukur keberhasilan seorang pemimpin. Kalo dia mau melayani sepenuh hati dan setiap saat, maka dibilang pemimpin yang berhasil. Kalo dia bervisi penuh terobosan untuk organisasi, maka kepemimpinannya dijamin sukses.
Melayani dan bervisi mudah diucapkan tapi seratus persen susah dilakukan. Kalo gak percaya, cobalah jadi pemimpin. Kalo setelah jadi pemimpin kamu masih ingin menjadi pemimpin di tempat lain, maka bisa dipastikan selama memimpin kamu tidak bisa melayani dan bervisi prima. Orang yang benar-benar melayani dan bervisi pasti merasa gagal ketika menjadi pemimpin. Karena melayani dan bervisi itu pekerjaan sepanjang hayat, tidak bisa selesai dalam satu tahun atau satu periode kepengurusan organisasi.
Melayani dan bervisi itu diawali dari diri sendiri. Kalo sejak awal sudah gagal melayani diri sendiri dan bervisi untuk diri sendiri. Maka tidak heran jika seorang itu pingin terus menjadi pemimpin di banyak tempat. Karena itu sebagai bentuk pelarian jati diri. Dia gagal menemukan cara untuk melayani dan bervisi untuk dirinya, maka dia mencarinya di tempat lain.